Mendorong
kepercayaan diri dan kemandirian, ( Hartley, 2000 : 165 ). Manusia di dunia ini
dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama : mereka yang membuat sesuatu terjadi,
yang kedua : mereka melihat sesuatu yang terjadi, dan yang terakhir : mereka
yang tidak menyadari sesuatu terjadi sebelum hal itu berlalu dan kemudian
bertanya. “Apa yang terjadi ?“. Manusia adalah makhluk sosial yang berarti
tidak bisa hidup sendiri, manusia akan selalu bergantung dengan orang lain.
Namun, manusia sekarang harus dituntut menjadi makhluk yang memiliki
kepercayaan diri dan kemandirian yang kuat untuk membangun dirinya menjadi
manusia yang lebih bermanfaat kedepannya. Kepercayaan diri dan kemandirian yang
dimiliki manusia bisa ditanamkan sejak dini, yaitu melalui peran keluarga
terutama orang tua. Peran orang tua sangat vital dalam proses pembentukan kepribadian
seorang anak, banyak cara orang tua dalam mendorong kepercayaan diri dan
kemandirian anak. Orang tua bisa memberikan rasa aman, keamanan dan kepastian
kepada buah hati mereka, orang tua juga bisa memupuk ketrampilan sosialnya
dengan memberi pengajaran tentang cara menghargai orang yang lebih tua, dengan
memasukkan ke lembaga pendidikan seperti sekolahan dll. Orang tua juga harus
meberikan kesempatan kepada buah hatinya untuk menguji kemampuan dirinya, namun
tetap dengan pengawasan dari jauh agar kegiatan seorang anak selalu terkontrol
dan tidak menyimpang.
Dengan
diberi kebebasan seorang anak tetap diberi tanggung jawab dan pengambilan
resiko yang aman bagi dirinya. Dari situ anak akan memulai mengelola dirinya
sendiri, mulai mempunyai kemampuan bertahan dan menghadapi masalah tanpa meminta bantuan orang tua atau
orang lain. Anak akan semakin terdorong untuk memasuki wilayah terlarang, disini
anak akan mengembangkan pemikirannya dan anak akan menjadi lebih percaya diri
dan lebih mandiri. Ditingkatan ini peran orang tua sedikit berkurang, orang tua
hanya mengarahkan apa yang sudah anaknya lakukan dan yang dia lihat selama ini,
disini anak akan meninggalkan masa kekanak kanakan dan remajanya untuk menuju
anak yang dewasa yang penuh kepercayaan diri dan kemandirian yang kuat.
Orang
tua juga harus mampu menggali dan mengetahui bakat tersembunyi sang anak.
Mungkin masih belum terlihat bakat apa yang dimiliki buah hatinya diwaktu
kecil, namun dari dinilah seharusnya orang tua mengetahui bakat yang dimiliki
buah hatinya. Orang tua harus mendorong anaknya untuk mengasah ketrampilan
favorit mereka. Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengasah
ketrampilan anaknya, sekarang fasilitas sangat mendukung. Mulai dari yang formal dan nonformal, seperti lembaga
pendidikan yaitu sekolahan. Banyak sekolah-sekolah yang bermutu mulai dari yang
Negeri sampai yang swasta. Disana juga banyak kegiatan-kegiatan yang berguna
untuk mengasah bakat buah hati kita, mulai dari bidang akademis maupun nonakademis
seperti bidang olahraga, seni, dan keagamaan. Melalui kegiatan-kegiatan
disekolah tadi anak akan terdorong dengan sendiri untuk membuat sebuah prestasi
dari bakat yang mereka miliki. Tanpa disadari peran orang tua untuk menggali
bakat anaknya dengan memasukkannya kesekolah-sekolahan yang bermutu telah
berhasil. Seperti yang ditulis Arya (2008:15) bahwa “Bakat alami anak harus
dikenali dan didukung. Anak berbakat adalah aset yang berharga dan penting
Negara, masyarakat, dan keluarga”.
Prihatin
berati jiwa yang bisa menghargai hidup dan memahami bahwa hidup ini membutuhkan
perjuangan, ( Darmanto, 2009 : 02 ). Oleh karena itu mendidik anak dengan
mental prihatin dan mau bekerja keras adalah awal yang baik untuk menata masa
depannya. Sebuah keberhasilan seorang anak dapat ditentukan dari didikan orang
tuanya. Semakin baik orang tua mengarahkan dan mendidik anaknya semakin baik
pula jati diri anaknya kedepannya. Kesuksesan anak juga dipengaruhi dari peran
orang tuanya. Saat ini orang tua harus mampu mendidik dan menanamkan jiwa
wirausaha pada anaknya dari dini. Dengan membiasakan anak-anaknya untuk bekerja
keras untuk melatih mental menjadi seseorang yang bermental baja dan ulet. Dari
keuletannya, si anak akan menjadi seorang wirausahawan yang berjiwa kratif, inovatif,
ulet dan berpola pikir yang kritis. Jiwa kerja keras ini akan terbentuk karena
kebiasaan, jadi bagi orang tua sekarang, bisa memulai membiasakan anak-anaknya dengan
hidup penuh kerja keras.
Daftar Pustaka
Arya, P. K. 2008. Rahasia Mengasah Talenta Anak. Yogyakarta : Think.
Darmanto, Wulan. 2009. Anakku Calon Milioner. Banten : Kinimedia.
Hartley, Elizabeth. 2000. Menumbuhkan Rasa PeDe Pada Anak. Jakarta : Bhuana
Ilmu Populer.
Komentar
Posting Komentar